Film Animasi 'Battle of Surabaya' Sabet Penghargaan International Movie Trailer Festival 2013

Film animasi garapan studio milik STMIK Amikom, MSV Pictures berjudul 'Battle of Surabaya' berhasil meraih penghargaan di ajang International Movie Trailer Festival (IMTF) 2013 untuk kategori People’s Choice Award pada 30 Desember 2013.

Trailer film tersebut berhasil menyisihkan ratusan trailer film dari 20 negara, seperti Amerika Serikat, Inggris, Spanyol, Prancis, dan Australia. Festival IMTF  merupakan proyek IndieFilmConnect, LLC. yang diikuti 246 trailer film dari berbagai negara.

Film Animasi 'Battle of Surabaya' Sabet Penghargaan International Movie Trailer Festival 2013
Poster 'Battle of Surabaya'

'Battle of Surabaya' dipilih 6.580 penggemar anime. Film tersebut unggul 1.869 suara dari saingan terdekatnya 'The Two Pamelas' yang diproduksi AS.

Film 'Battle of Surabaya' merupakan film adaptasi yang berlatar belakang pertempuran 10 November 1945 di Surabaya yang  bercerita tentang perjalanan seorang anak yang berprofesi sebagai penyemir sepatu bernama Musa.

Dalam perjalanannya, Musa menjadi kurir surat penghubung antara pejuang dan militan. 'Battle of Surabaya' menceritakan perjalanan ego Musa yang menjadi seorang pahlawan dalam pertempuran pada awal Indonesia merdeka.

Menurut Eksekutif Produser 'Battle of Surabaya', M. Suyanto, film ini ingin mengangkat cerita bahwa semua orang bisa menjadi pahlawan dengan caranya sendiri. Oleh karenanya, tokoh dalam film bukan pahlawan super, tapi orang biasa yang mengalami proses menjadi pahlawan yang bisa ditiru dalam kehidupan nyata.

Cerita film yang disutradarai Aryanto Yuniawan ini memakai plot yang diadaptasi dari film-film Hollywood dan pembuatannya memakan waktu 2 tahun dengan melibatkan 70 animator. Film tersebut ditarget bisa tayang sekitar Agustus tahun ini.

Sumber: Iproud

Trailer Film Animasi 'Battle of Surabaya'


Dua Mahasiswa Undip Semarang Buat Pesawat Tanpa Awak

Dua Mahasiswa Undip Semarang Buat Pesawat Tanpa Awak

Dr Muhammad Nur selaku Dekan Fakultas Sains dan Matematika (FSM) Universitas Diponegoro, Semarang, menyatakan bahwa Indonesia mampu menjadi negara yang unggul di bidang teknologi. Dengan catatan, pemerintah mau mengakomodasi inovator muda di berbagai penjuru Indonesia.

Pernyataan itu dikatakan Muhammad Nur di kampus setempat waktu menerima Muhammad Izzudin Shofar dan Havez Varirani Al Kautsar, dua mahasiswa jurusan Fisika FSM yang membuat pesawat tanpa awak dengan tambahan teknologi telemetri dan multi fungsi. Dua mahasiswa peraih penghargaan Juara II Lomba Karya Cipta TNI AD dari Litbang TNI AD ditemani PD III FSM Ngadiwiyana Ssi,Msi.

"Indonesia ke depan akan menjadi negara luar biasa hebat kalau pemerintah mau memakai inovasi dan kreasi anak-anak muda yang hebat-hebat dari segala penjuru negeri ini," ujar Muhammad Nur, seperti dilansir Pelita Online (3/1/2014).

Sedang, Izzudin dan Havez menyatakan lomba yang dilaksanakan Litbang TNI AD di Jakarta dan Surabaya ini berlangsung pertengahan Desember 2013. Lewat karya model pesawat tanpa awak ini, Izzudin dan Havez meraih Juara II dan berhak atas hadiah Rp 35 juta, serta menjadi semacam konsultan untuk TNI AD kalau nantinya karya tersebut dibuat riil oleh TNI.

Sumber

Candi Kalasan: Candi Buddha Pertama di Indonesia

Sebagian besar orang akan menunjuk Candi Borobudur jika bicara mengenai candi Buddha. Padahal, ada banyak candi Buddha lain yang tersebar di beberapa lokasi di Yogyakarta. Candi Kalasan adalah salah satunya. Candi yang dikenal juga dengan nama Candi Kalibening ini dibangun oleh Rakai Panangkaran Dyah Prapanca, raja kedua Kerajaan Medang atau Kerajaan Mataram Kuno. 

Sejarah Candi Kalasan

Candi Kalasan: Candi Buddha Pertama di Indonesia
Candi Kalasan disebut-sebut sebagai candi Buddha tertua yang ada di Yogyakarta. Klaim ini tertuang dalam Prasasti Kalasan (ditulis tahun Saka 700 atau sekira 778 M). Di mana, para penasihat agama dari wangsa Syailendra meminta Maharaja Tejapurnama Panangkaran membangun kuil pemujaan untuk Dewi Tara dan biara bagi pendeta Buddha. Maharaja Tejapurnama Panangkaran adalah nama lain Rakai Panangkaran - raja kedua Kerajaan Medang atau Kerajaan Mataram Kuno, sebagaimana disebutkan Prasasti Raja Balitung (907 M).  

Permintaan ini disetujui oleh Rakai Panangkaran dengan memberikan daerah Kalasan untuk pembangunan tersebut. Ada dua candi yang dibangun di desa yang sama, yaitu: Candi Kalasan dan Candi Sari. Keduanya terletak berdekatan. Candi Kalasan dibangun untuk Dewi Tara di Desa Kalibening, sedangkan Candi Sari dibangun untuk biara para pendeta Buddha. Sampai sekarang, Candi Kalasan masih dipakai sebagai tempat peribadatan umat Buddha, khususnya yang menganut aliran Buddha Tantrayana dan pemuja Dewi Tara. Pembangunan candi ini membuktikan upaya untuk menyatukan orang-orang lintas agama - dalam hal ini agama Hindu dan Buddha. 

Beberapa ahli berpendapat jika Candi Kalasan telah dipugar sebanyak tiga kali. Ini terbukti dengan adanya 4 sudut kaki candi yang menonjol dan torehan yang sengaja dibuat oleh Van Romondt (arkeolog Belanda) untuk kebutuhan pemugaran tahun 1927-1929. Candi Tara atau Candi Kalibening merupakan bangunan berbentuk kubus, yang berukuran 34 untuk tingginya dan 45 untuk lebar lantainya. Bangunan utama candi ini terdiri dari tiga bagian, yaitu: kaki, tubuh, dan atap. Ciri khas paling mencolok dari Candi Kalasan adalah adanya pelapis khusus ornamen serta relief pada dinding luar yang disebut vrajalepa (brajalepa).

Untuk bisa sampai ke Candi Kalasan tidaklah sulit. Hanya perlu ke arah timur Yogya melalui Jalan Yogya - Solo, kurang lebih 16 km, kompleks candi di selatan jalan pasti terlihat. Selanjutnya, Anda tinggal masuk gang di selatan jalan sekitar 50 m. Tarif masuk Rp 10.000 (2013). Waktu buka pukul 06.00 - 18.00 WIB. Transportasi yang bisa digunakan adalah bus umum Trans Jogja (tarif Rp 3.000 tahun 2013), mobil, atau motor.

Siswa Indonesia Raih Emas di International Mathematics Contest “The Clock Tower School,” Rumania

Kontingen Indonesia yang terdiri dari 1 siswa SD dan 5 siswa SMP menorehkan prestasi yang membanggakan di ajang International Mathematics Contest “The Clock Tower School” 16th Edition yang diselenggarakan di Valcea, Rumania pada 22-24 Maret 2013.

Kontes matematika internasional ini mempertandingkan 2 kategori, yaitu Teori di hari pertama lomba dan Blitz di hari kedua lomba (untuk hasil lengkapnya bisa dilihat di http://www.scoalacuceas.ro).

Keenam siswa tersebut berhasil meraih 1 Emas, 1 Perak, 2 Perunggu, serta 2 Honorable Mention untuk kategori Teori dan meraih 1st Prize, 2nd Price, serta 3rd Prize untuk kategori Blitz.

Di kategori Teori,  1 emas  dipersembahkan oleh Timothy Jacob Wahyudi, 1 perak oleh Moses Mayer, serta 2 perunggu oleh Alvin Fujito dan William Leonard Sumendap.

Di kategori Blitz, Indonesia berhasil menempatkan putra-putranya di posisi pertama (First Prize) yaitu Moses Mayer dan Erlang Wiratama Surya.

Berikut adalah hasil lengkap perolehan kontingen Indonesia.

1. Kategori Teori.

    Timothy Jacob Wahyudi  (Kelas 8 Sekolah Dian Harapan, Cikarang) – Medali emas.
    Moses Mayer (Kelas 6 Sekolah Sinarmas World Academy, Serpong) – Medali perak
    Alvin Fujito (Kelas 8 Sekolah Pelita Harapan, Cikarang) – Medali perunggu
    William Leonard Sumendap (Kelas 8 Sekolah Santa Laurensia, Serpong)  – Medali perunggu
    Afkar Malik (Kelas 8 Home Schooling Jakarta) – Honorable Mention
    Erlang Wiratama Surya (Kelas 8 Sekolah Ipeka International) – Honorable Mention

2. Kategori Blitz.

       Moses Mayer  (SD kelas 6) – First Prize
       Erlang Wiratama Surya (SMP kelas 8) – First Prize
       Timothy Jacob Wahyudi (SMP kelas 8) – Second Prize
       William Leonard Sumendap (SMP kelas 8) – Second Prize
       Alvin Fujito (SMP kelas 8) – Third Prize
       Afkar Malik (SMP kelas 8) – Third Prize

Selamat buat para siswa muda yang telah mengharumkan nama bangsa dan negara di kancah matematika dunia internasional.

Sumber: Monika Tandean

Usia 26 Tahun, Irwin Yousept Jadi Profesor di Technische Universität Darmstadt, Jerman

Apakah anda tahu bahwa ada orang Indonesia yang di usia 26 tahun mendapatkan gelar profesor di universitas sebuah negara maju di Eropa?

Dia adalah Irwin Yousept yang meraih gelar doktornya dengan predikat summa cum laude di Technische Universität Darmstadt dan kini bekerja di almamaternya tersebut dan Universität in Hessen, Jerman sebagai pengajar.

Meski sudah berhasil, Irwin tidak lupa dengan tanah kelahirannya, Indonesia. Dia mengaku siap jika suatu saat dibutuhkan untuk membangun tanah air Indonesia.

“Saya sangat bangga sekali, saya akan siap balik ke Indonesia apabila Indonesia membutuhkan,” saat berbincang dengan sejumlah wartawan di Hotel Adlon Kempinski, Berlin, Jerman (6/3).

Irwin adalah salah satu Diaspora Indonesia yang hadir dalam pertemuan dengan Presiden SBY yang sedang melakukan kunjungan kerja di negara tersebut.

Pria yang akrab disapa Yousept ini mengambil jurusan Matematika di Technische Universität Berlin. Yousept hanya membutuhkan waktu 2,5 tahun untuk merampungkan sarjana strata I dan II, serta 2,5 tahun untuk mendapatkan gelar Doktor (Ph.D).

Usia 26 Tahun, Irwin Yousept Jadi Profesor di Technische Universität Darmstadt, Jerman

Usai lulus dari SMA Tarakanita, Pluit, Jakarta Utara, pria kelahiran Jakarta 14 April 1982 ini mengaku mantap memilih melanjutkan studinya di Jerman. Alasannya karena negara ini memiliki teknologi yang jauh lebih baik dari Indonesia.

“Menurut saya, Indonesia harus gigih, bekerja keras, dan harus siap mengejar ketinggalan. Teknologi Indonesia memang beda, tapi saya pikir step by step kita bisa mempelajari, teknologi itu harus diturunkan,” ungkap pemuda yang logat Indonesianya mulai berkurang ini.

Ada alasan tersendiri mengapa Yousept belum mau kembali ke Indonesia saat ini. Salah satunya adalah dia masih ingin terus menimba ilmu di Jerman meski sudah meraih gelar tertinggi.

“Networking saya tidak begitu kuat di Indonesia, saya mau menambah ilmu lagi di Jerman. Teknologi yang saya pelajari masih banyak yang perlu dipelajari, saya masih cukup muda dan masih bisa menambah ilmu lagi, kalau saya bisa berkontribusi untuk Indonesia itu saya senang sekali,” paparnya.

Yousept berpesan kepada seluruh pelajar dan mahasiswa di Indonesia agar  mau bekerja keras dan tidak mudah putus asa.

“Tidak mudah putus asa, kalau mengalami kegagalan kita harus gigih, dan berjuang keras. Menurut saya kita semua sama, yang penting satu, kita mau kerja keras atau tidak, kalau kita mau bekerja keras kita pasti bisa mencapai apapun. Semua pasti ada halangannya, kita harus berani menghadapi halangan tersebut, berani gagal,” ungkap Yousept.

Sumber: news.detik.com

Mahasiswa Indonesia Berprestasi di Festival Pemuda Dunia

Mahasiswa Indonesia Berprestasi di Festival Pemuda Dunia, Indonesia Revive

Lewat Tari Saman, mahasiwa Indonesia berhasil merebut juara pertama pada even budaya pada Festival Pemuda Dunia atau International Youth Festival 2012-2013 di Pune, India.  Mereka berhasil menyisihkan pesaing dari 25 negara peserta.

Konsul Jenderal RI Mumbai, India, Indra Kesuma Oesman, melalui siaran persnya yang disampaikan melalui Kemendikbud, Sabtu (16/2/2013), mengatakan, ajang tahunan ini diselenggarakan oleh Universitas Pune. Pelaksanaannya mendapatkan sambutan luar biasa dari 1.000 tamu undangan dan masyarakat luas.

“Kegiatan melombakan kesenian dan kebudayaan dari mahasiswa asing yang kuliah di  40 perguruan tinggi dan politeknik afiliasi,” kata Indra.

Pada festival tersebut, para mahasiswa Indonesia juga menyajikan kuliner Indonesia seperti risoles, bakwan, es buah, lapis legit, dan godok pisang. Saat ini tercatat 15 mahasiswa Indonesia yang kuliah di Universitas Pune dan afiliasinya, seperti Spicer Memorial College dan Symbiosis International University.

Universitas Pune merupakan salah satu perguruan tinggi ternama di India yang berdiri sejak tahun 1948 dan memiliki 170.000 mahasiswa lokal, serta mahasiswa asing dari 104 negara.

Sumber: KOMPAS.com

Tim Indonesia Raih Juara Kontes Pahat Salju di Sapporo, Jepang

Indonesia memang bukan negara yang memiliki musim dingin yang bersalju. Namun, tim pahat salju Indonesia mencetak prestasi yang membanggakan dengan terpilih menjadi juara ketiga dalam The 40th International Snow Sculpture Contest yang berlangsung di Sapporo, Jepang pada 5-8 Februari 2013.

Tiga pemahat Indonesia, yaitu Nyoman Sungada, Ketut Kaler, dan Sapto Hudoyo, yang berasal dari Jakarta dan Bali, mempersembahkan pahatan salju bertema ‘Penari Bali’.

Kontes pahat salju ini diikuti oleh 11 peserta dari berbagai negara, seperti Swedia, Finlandia, Thailand, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Korea Selatan. Posisi juara pertama dan kedua tahun ini diraih oleh tim dari Thailand dan Finlandia.

International Snow Sculpture Contest merupakan bagian dari Festival Salju Sapporo, yang telah dilaksanakan sejak 1950. Dalam 4 tahun terakhir, festival salju yang berlangsung 7 hari ini menarik perhatian lebih dari dua juta pengunjung, baik wisatawan mancanegara maupun domestik Jepang.

Berbagai tantangan ditempuh tim Indonesia untuk bisa ikut serta dalam festival di Sapporo. “Kami selalu ingin memberikan yang terbaik di Sapporo. Mengupayakan dana (untuk datang) cukup sulit, apalagi karena kami juga mengikuti kontes di Harbin-China terlebih dahulu, namun saya bangga kepada teman-teman pemahat ini yang tetap berjuang walaupun kondisi yang sulit,” ungkap manajer tim Agustono Gentari.

Tim pahat RI raih juara 3 di China (indonesiaproud wordpress com)

Selama di Sapporo, tiga orang pemahat juga menambah perjuangan mereka untuk melawan cuaca beku dan bahkan badai salju, terutama ketika menjelang hari terakhir kontes.

Cuaca yang cukup berat tampak di hari tersebut, ketika tim bertemu dengan Duta Besar Muhammad Lutfi yang datang untuk mendukung tim Indonesia di Sapporo. Dubes menyampaikan harapan agar Indonesia bisa memanfaatkan festival di Sapporo, terutama untuk promosi kuliner dan wisata, mengingat jumlah pengunjung yang sangat besar.

Sebelum bertemu dengan tim Indonesia, Dubes Lutfi juga mengadakan dialog dengan Konsul Kehormatan Indonesia di Sapporo, Bapak Masatsugu Sasaki, yang meyampaikan kekagumannya atas karya tim Indonesia.

“Saya yakin sekali tim dari Indonesia bisa meraih juara tahun ini. Karya pahat mereka sangat indah,” puji Sasaki.

Pada tahun 2011, tim Indonesia meraih posisi ke-5 dengan pahatan berjudul “Bimasena”, sedangkan pahatan wanita menenun kain Cual pada tahun 2012 membawa tim Indonesia pada posisi ke-6.

Sumber: kbritokyo.jp